Nilai.......


Suatu ketika, ada seorang kakek yang sedang berada di sebuah taman kecil. Di dekatnya terdapat beberapa anak yang sedang bermain pasir, membentuk lingkaran. Ia lalu menghampiri mereka, dan berkata: ….
“Siapa yang mau uang Rp. 10.000!!” Semua anak itu berhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan. Ia lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang, tapi, setelah kalian semua melihat ini dulu.” ……Kakek itu lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini? Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan…….“Tapi,… kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu malah menjatuhkan uang itu ke tanah dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya keras-keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan ia kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?” Tetap saja…. Anak-anak itu tetap mengacungkan jari mereka….
Teman-teman, kita belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, sebab, tindakan itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 10.000

Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, terinjak, tak kuasa, atas segala keputusan yang telah kita ambil. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya.
Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di-acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita. Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau “bakal terjadi”, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah Bapa.
Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf. Kita tetap tak ternilai di mata Allah….Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari seberapa jauh kita menghargai diri sendiri. …Selamat Siang Berkah Dalem

BERSYUKUR DAN BAHAGIA


Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.
Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. “Akh. Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?”
Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.
“Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang,” terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.
Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, “Huah! Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat.”
Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.
Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, “Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di sini.”
“Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?” tanya si pedagang.
“Silakan.”
“Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?”
“Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku bisa bekerja dengan sebaik2nya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana. Ya kan? Dan akhirnya, aku perlubersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini”.
Teman-teman yang luar biasa,
Kenyataan di kehidupan ini, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan sebesar apapun tidak menjamin rasa bahagia. Bisa kita baca kisah hidup seorang maha bintang Michael Jackson yang meninggal belum lama ini, yang berhutang di antara kelimpahan kekayaannya. Dia hidup menyendiri dan kesepian di tengah keramaian penggemarnya;tidak bahagia di tengah hiruk pikuk bumi yang diperjuangkannya.
Entah seberapa kontroversial kehidupan Jacko. Tetapi, yah… setidaknya, dia telah berusaha berbuat yang terbaik dari dirinya untuk umat manusia lainnya.
Mari, jangan menjadi budaknya materi. Mampu bersyukur merupakan kebutuhan manusia. Mari kita berusaha memberikan yang terbaik bagi diri kita sendiri, lingkungan kita, dan bagi manusia-manusia lainnya. Sehingga, kita senantiasa bisa menikmati hidup ini penuh dengan sukacita, syukur, dan bahagia. Berkah Dalem

SAUDARA KIEMBAR YANG BERBEDA KEYAKINAN

Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum. Kebebasan beragama termasuk kebebasan untuk mengubah agama dan tidak menurut setiap agama.

Dalam negara yang mengamalkan kebebasan beragama, agama-agama lain bebas dilakukan dan ia tidak menghukum atau menindas pengikut kepercayaan lain yang lain dari agama resmi.

Sementara itu, toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan agama masing-masing.

Berbicara tentang kebebasan dan toleransi beragama. Ada sebuah cerita menarik yang bisa diambil dari sepasang saudara kembar yang telah menginjak usia paruh baya.

Kedua wanita kembar ini tumbuh dan memilih cara yang berbeda dalam hal keyakinan. Satu memilih Islam sebagai jalan hidupnya dan satunya mengabdikan diri sebagai seorang biarawati Katolik di Konggregasi PBHK dan sekarang berkarya di Marauke, Papua.

Meski keduanya memilih jalan berbeda dalam hal keyakinan. Hal itu tidak mempengaruhi hubungan keduanya. Mereka akur, harmonis dan tetap menyayangi satu sama lain.

Kisah keduanya menjadi banyak pembicaraan setelah akun Facebook, Bernadus Yohanes Raldy Doy membagikannya ke sejumlah media sosial. Komentarpun bernada positif banyak diberikan terkait kerukunan antara saudara kembar yang berbeda keyakinan.

Seperti yang diungkapkan akun Facebook Hermain Hidayat "Subhanallah..Semoga ini contoh nyata persaudaraan antar umat beragama yg harmonis di NKRI..Aamiin.." tulisnya.

Hal senanda diungkapkan akun Jan Weslyn Purba Tambak. Ia mengatakan bahwa kisah saudara kembara itu adalah contoh indahnya perbedaan "Luar biasa ..... ternyata perbedaan keyakinan itu indah dan mempersatukan sesama, menjadi teladan buat kita semua, Amiiin," ungkapnya.

Sumber: http://makassar.tribunnews.com/

PERJUMPAAN PALING MENGHARUKAN


Salah satu dari perjumpaan-perjumpaan yang paling mengharukan dalam perjalanan apostolik Paus Fransiskus terjadi dalam pertemuan dengan kaum muda di Universitas Santo Tomas, tanggal 18 Januari 2015, demikian laporan Radio Vatikan dua hari setelah pertemuan itu.

Saat itu Bapa Suci mendengarkan kesaksian dua anak jalanan yang ditampung oleh Yayasan Tulay ng Kabataan (ANAK-Tnk), yakni Juni Chura berusia 14 tahun dan Glyzelle Palomar berusia dua belas tahun yang telah mengalami pengalaman-pengalaman terburuk di jalan-jalan Manila.

“Mengapa Tuhan mengijinkan hal-hal seperti itu terjadi, padahal ini bukanlah kesalahan anak-anak?” tanya Glyzelle menangis.
Paus Fransiskus memeluk kedua anak itu. Kepada yang hadir Paus minta agar mereka bertanya dalam diri masing-masing, “Sudahkah saya belajar menangis saat melihat anak yang lapar, anak yang menggunakan narkoba di jalanan, anak yang tak punya rumah, anak yang terbuang, seorang anak yang diperlakukan kejam, anak yang digunakan masyarakat sebagai budak?”

Kesaksian anak-anak disampaikan dalam bahasa Tagalog. Yayasan ANAK-Tnk kemudian merilis terjemahannya dalam Inggris.

Juni “Michael” Chura bercerita bahwa keluarganya tidak lagi mampu menyekolahkan dia, maka dia pergi meninggalkan keluarganya. “Kemudian saya makan apa yang didapat di tempat sampah. Saya tidak tahu harus pergi ke mana dan saya tidur di trotoar. Saya mencari sepotong karton sebagai tikar. Dan saya berupaya mengatasi situasi ini meskipun tubuhku begitu kotor seperti teman-teman di jalanan.”

Juni mengaku tidak tahu cara mendapatkan makanan hari demi hari. “Apa yang saya lakukan hanyalah menunggu orang selesai makan di restoran, kemudian saya meminta sisa makanan mereka. Kadang-kadang saya juga berkeliaran sekedar untuk menemukan barang rusak yang saya jual. Saya cari botol plastik, atau kertas dan saat tas saya penuh, saya jual agar dapat uang untuk beli makanan,” kata Juni yang mengaku pernah mengetuk pintu-pintu rumah orang untuk meminta makanan.

Ketika di jalanan, ceritanya, dia menyaksikan hal-hal yang dia tidak suka, hal-hal buruk yang terjadi pada teman-temannya. “Saya melihat mereka diajarkan cara mencuri, juga membunuh, dan mereka tidak lagi menghormati orang dewasa. Kadang-kadang mereka mempertengkarkan yang mereka curi. Saya juga melihat beberapa anak diajarkan cara memakai shabu, rokok atau ganja. Saya juga melihat ada teman saya ngelem. Ini juga narkoba. Ini sering saya lihat terjadi pada teman-teman saya di jalanan.”

Juni mengaku sangat berhati-hati di jalanan karena beberapa temannya ditipu oleh orang dewasa. “Mereka pura-pura memberi uang untuk menarik perhatian dan mendekati anak-anak serta membuat mereka mengira bahwa mereka akan diberikan makanan atau kesempatan belajar serta perawatan. Tetapi kenyataannya mereka memiliki tujuan lain dan mereka akan menggunakanmu, misalnya untuk membersihkan rumah mereka, dan kadang-kadang mereka punya tujuan berbahaya seperti pelecehan seksual,” ceritanya seraya menegaskan “Ada begitu banyak pelanggaran terjadi di jalanan!”

Tiba-tiba, dia menemukan kembali harapan, setelah seorang pendidik jalanan dari Yayasan ANAK-Tnk bertanya apakah dia ingin bergabung lembaga yang membantu anak-anak yang tinggal di jalanan itu. “Dia bertanya apakah saya ingin gabung. Awalnya saya menolak usulan itu. Beberapa hari kemudian, ketika tahu bahwa Tulay ng Kabataan benar-benar memperhatikan anak-anak jalanan yang tidak lagi tinggal bersama keluarga mereka, saya menyadari bahwa tidak semua orang tidak punya hati. Masih ada orang dengan hati yang siap membantu anak-anak yang membutuhkan.”

Ketika bergabung, dia mengaku sangat terkejut melihat ada orang-orang yang benar-benar siap membantu. “Dan kemudian, saya mulai bermimpi lagi. Saya berkata kepada diriku sendiri, kalau saya menyelesaikan studi saya, saya akan menjadi orang yang membantu anak-anak jalanan seperti saya sebelumnya. Aku akan bisa juga membantu keluarga saya sendiri dan Yayasan ANAK-Tnk yang membantu saya melanjutkan studi. Sekarang saya tahu bahwa saya bisa melanjutkan studi karena TNK (ANAK-Tnk) mendukung saya, dan jangan berhenti membantu saya dan teman-teman saya dari jalanan. Terima kasih banyak!”

Menurut Glyzelle, ada banyak anak diterlantarkan oleh orang tua mereka sendiri. “Ada juga banyak anak yang menjadi korban dan banyak hal-hal mengerikan terjadi pada mereka seperti narkoba atau prostitusi. Mengapa Tuhan mengijinkan hal-hal seperti itu terjadi, padahal ini bukanlah kesalahan anak-anak? Dan mengapa hanya sangat sedikit orang yang membantu kami?” (pcp berdasarkan Radio Vatikan)